Portal Kita
Informasi

Sumo: Tradisi, Kejayaan, dan Tantangan Modern

Sumo, olahraga kuno yang memiliki akar dalam sejarah Jepang selama 15 abad terakhir, bukan sekadar pertandingan fisik, tetapi juga perpaduan nilai-nilai tradisional dan tantangan modern. Dua pesumo bertubuh gemuk saling bersaing dalam upaya untuk menjatuhkan atau mendorong lawannya keluar dari ring, menghidupkan kembali tradisi peleburan dosa di kuil Shinto. Namun, di balik kehormatan dan kejayaan yang terlihat, dunia sumo menyimpan kisah-kisah keseharian yang penuh dengan ketatnya latihan, kewajiban makan yang luar biasa, dan tantangan kesehatan yang menghadang.

Seiring berjalannya waktu, pesumo tidak hanya dihadapkan pada tuntutan tradisi, tetapi juga menghadapi perubahan dinamika modern. Dominasi pesumo asing, terutama dari Mongolia, merubah wajah olahraga ini, mempertanyakan sejauh mana warisan Jepang dapat bertahan di era globalisasi. Dalam artikel ini, kita akan menyelami lebih dalam ke dalam kehidupan pesumo, mengungkapkan tradisi, kejayaan, dan tantangan yang melekat pada olahraga ikonik ini.

Harga Diri dan Ketenaran: Meniti Karir Sebagai Pesumo

Olahraga sumo bukan hanya soal fisik, tetapi juga menyangkut harga diri dan kehormatan. Pesumo yang berhasil meraih kemenangan tidak hanya mendapatkan status selebriti, tetapi juga hidup dalam kemewahan. Gaji bulanan pesumo, terutama kelas tertinggi atau yokozuna, mencapai angka fantastis, membuat mereka menjadi figur yang diidolakan oleh masyarakat.

Namun, di balik gemerlapnya kehidupan pesumo, terdapat kenyataan yang mengejutkan. Harapan hidup para pesumo diperkirakan 10 tahun lebih pendek dibandingkan rata-rata penduduk Jepang. Banyak dari mereka yang pensiun dengan tangan hampa, menghadapi tantangan kesehatan akibat gaya hidup dan persaingan sengit di dunia sumo.

Latihan Ketat dan Pengorbanan: Menjadi Pegulat Sumo

Setiap tahun, sekitar 400 hingga 500 individu memulai perjalanan menjadi pesumo sejak usia 15 tahun. Mereka menjalani latihan ketat, sering kali harus mengorbankan pendidikan dan kesehatan mereka. Selama perjalanan karir mereka, pesumo terikat oleh peraturan kompleks yang mengatur setiap aspek kehidupan pribadi mereka, menciptakan komunitas yang terikat erat.

Ritual Makanan: Mengasah Keberanian dengan 8000 Kalori

Bagian integral dari latihan pesumo adalah pola makan yang luar biasa. Untuk menambah bobot badan, pesumo dilarang sarapan atau makan di pagi hari. Tujuannya bukan untuk menguruskan badan, melainkan untuk melambatkan metabolisme dan meningkatkan nafsu makan. Dalam sehari, pesumo melahap sekitar 8000 kalori, menjadikannya rutinitas makan yang luar biasa.

Porsi makanan jumbo dipersiapkan oleh pesumo yang lebih junior. Makanan tersebut melibatkan daging ikan panggang, nasi, dan jam konabe, sebuah masakan berkuah khas pesumo. Dengan kewajiban makan dalam porsi besar, pesumo diajarkan untuk makan sebanyak mungkin, bahkan bisa mencapai 12 hingga 13 mangkuk besar dalam satu waktu.

Tantangan Gaya Hidup dan Penampilan Unik: Hidup Sebagai Pesumo

Selain dari ritual makan, pesumo dihadapkan pada tantangan lain. Mereka diharuskan tidur siang selama beberapa jam setelah makan, menggunakan masker oksigen untuk membantu pernafasan. Penampilan juga menjadi fokus, dengan gaya rambut klimis dan baju tradisional Jepang yang mencirikan identitas mereka.

Menariknya, pesumo dilarang mencuci rambut setiap hari agar rambut mereka tampak mengkilap dan wangi. Rambut dipanjangkan untuk ditata seperti model rambut Samurai zaman Edo, yang disebut kon Mage atau menyanggul rambut pada bagian atas kepala.

Tantangan Modern: Dominasi Pesumo Asing

Meskipun sumo diakui sebagai warisan Jepang, era modern menampilkan dominasi pesumo asing. Warga asing dari Rusia, Hawaii, hingga Mongolia mendominasi panggung sumo Jepang. Dari empat pesumo terhebat di Jepang, tiga di antaranya berasal dari Mongolia, mencerminkan perubahan dinamika dalam olahraga tradisional ini.

Kesimpulan: Antara Kejayaan dan Tantangan

Sumo, sebuah olahraga yang memadukan tradisi, kehormatan, dan keberanian, tidak hanya menciptakan pemenang di atas ring, tetapi juga menggambarkan perjuangan di luarnya. Dengan segala ketatnya aturan, ritual makan, dan tantangan hidup, pesumo tidak hanya menjadi atlet, tetapi juga penjaga tradisi yang hidup dalam dualitas antara kejayaan dan kenyataan modern.

Related posts

Cinta adalah Pemahaman Tentang Hal-hal Detail

Jafar Faqih

Graffiti: Seni dalam Bingkai Kontroversi

Jafar Faqih

Liquid Mangopy Emkay Merasakan Kelezatan Liquid Freebase Rasa Mangga

admin

Leave a Comment